Sejarah
Pada abad ke-14 wilayah Katingan merupakan salah satu wilayah jajahan Majapahit seperti yang disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365. Nama sungai Katingan diambil dari nama daerah yang terdapat di hulu sungai tersebut yaitu daerah Katingan (Kasongan). Belakangan muncul daerah baru di hilir yaitu Mendawai.
Menurut Hikayat Banjar, wilayah Kabupaten Katingan sudah termasuk ke dalam daerah kekuasaan kerajaan Banjar-Hindu (Negara Dipa), yang terdiri atas dua sakai (daerah) yaitu Mendawai dan Katingan yang masing-masing memiliki ketua daerah sendiri-sendiri yang disebut Menteri Sakai, kemudian pada abad ke-17 di masa kekuasaan Sultan Banjar IV Marhum Panembahan (Raja Maruhum), wilayah Mendawai-Katingan merupakan salah satu daerah yang diberikan kepada puteranya Pangeran Dipati Anta-Kasuma yang kemudian menjadi adipati/raja Kotawaringin menggantikan mertuanya Dipati Ngganding yang wilayah kekuasaannya meliputi Kalimantan Tengah saat ini.
Sebelum dihapuskannya Kesultanan Banjar tahun 1860, wilayah Kabupaten Katingan sudah diserahkan Sultan Banjar kepada Hindia Belanda, kemudian daerah ini berkembang menjadi sebuah Distrik yaitu Distrik Mandawai yang diangkat sebagai kepala distrik (Kiai) adalah Demang Anoem Tjakra Dalam, atau dikenal sebagai DEMANG ANGGEN, dilantik oleh Gubernur Hindia Belanda pada tgl 10 Januari 1895, dan mengepalai wilayah Mandawai (Districtshoofd van Mandawai, afdeeling Sampit, residentje Zuider en Oosterafdeeling van Borneo).
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Katingan